JELAJAH TEBAR ARSITEKTUR ROMO MANGUNWIJAYA
Mei 2019 (update : 8 Juli 2020)
ABSTRAK #
Tulisan ini merupakan sekelumit renungan dari ekskursi ke beberapa karya arsitektur Romo Mangunwijaya yang diadakan pada awal 2019. Tulisan ini berawal dari sebuah retrospeksi yang kemudian berlanjut pada bagaimana gagasan-gagasan yang terkandung pada arsitektur Romo Mangunwijaya dapat mengkini dan berkelanjutan.
RETROSPEKSI #
Perjumpaan saya dengan gagasan-gagasan dan arsitektur Romo Mangunwijaya (selanjutnya disingkat R.M) bermula dari semasa saya masih menjalani perkuliahan strata satu di salah satu perguruan tinggi program studi arsitektur di masa tahun 1990-an. Pada masa sebelum kelulusan, saya bersama teman-teman saya mengadakan perjalanan menyusuri Pulau Jawa dan ketika singgah di Yogyakarta, saya berjumpa pertama kali secara langsung dengan ruang dan sosok fisik arsitektur R.M.. Sendangsono, Gereja Maria Asumpta,Kampung Kali Code adalah beberapa karya arsitektur R.M yang saya kunjungi masa itu.
Kembali lagi mengunjungi karya-karya arsitektur R.M., menggiring sebagian mahasiswa/I arsitektur di tahun 2009 bagi sebuah pembelajaran studio berpusat pada tektonika, dan di tahun 2012 bersama para mahasiswa/i menetap di Sendangsono dalam tajuk kelas Fenomenologi Arsitektur, hingga kini mengunjunginya kembali di awal tahun 2019. Karya-karya arsitektur R.M tidaklah pernah mengecewakan, selalu ada yang baru, ia bertumbuh namun ia juga berasa seperti berhenti.
Kembali ke kala perkuliahan strata satu, saya memiliki buku Wastu Citra setelah membelinya dari hamparan lapak-lapak pedagang buku di selatan Kota Bandung. Buku Wastu Citra yang pertama saya beli ini sekarang hilang dalam hitungan tahun. Saya membeli Wastu Citra kembali di dekade pertama tahun 2000. Edisi ini pun sekarang sudah hilang. Dalam panorama koleksi buku saya yang berjumlah hanya ribuan, buku ini seolah mengidap kutukan. Ia tak pernah lama ada dalam kepemilikan.
Pembaca tentu menduga saya seorang yang ceroboh terhadap buku. Saya tidak menyangkalnya, namun saya juga memiliki pembelaan. Buku merupakan rekaman dan sarana tebar gagasan dari para penulisnya. Buku merupakan sebuah informasi yang bersifat potensial. Ia beraksi ketika ada tangan yang meraihnya, mata yang menelusuri garis sampul muka, jempol jari yang menggeliatkan hamparan tutur aksara dan imaji di dalamnya. Bila sebuah buku hilang, bisa jadi karena ia beraksi, dibagi dan berpindah tangan. Gagasan itu berkembang.
Andai kata R.M ada di era milenial ini, beliau akan melihat kondisi kini dan berpikir bagi masa depan. Saya tidak hendak memposisikan gagasan serta artefak arsitektur R.M pada retropeksi belaka, namun memandangnya sebagai kemungkinan-kemungkinan gagasan.
GAGASAN #
R.M. merupakan sosok multi dimensional. Tidaklah mungkin mereduksi pemikiran beliau dalam sebuah tulisan pendek semacam ini. Sudah banyak studi mengenai arsitektur R.M. dan juga mengenai cara R.M. berarsitektur. Penyikapan lapis-lapis pemikiran R.M. pada dimensi-dimensi fisik, sosial serta label-label yang memudahkan kita untuk memahami beragam sisi arsitektur R.M telah banyak dilontarkan. Vernakularisme, desain partisipatori, tektonika, ketukangan, materialitas, penyangkalannya pada pemahaman Vitruvius pada guna dan citra, humanis, keberpihakan dan perjuangan beliau dalam daya kebajikan dan keadilan.
Tulisan ini hanya dalam kerangka dimensi gagasan-gagasan R.M. secara arsitektural. Bahkan tulisan ini dapat pula dipandang dengan berbagai penilaian yang seiring dengan bagaimana gagasan dalam tulisan ini tersebar dan dibaca oleh orang lain. Tulisan ini merupakan paparan yang terdapat dalam benak penulis mengenai bagaimana gagasan-gagasan arsitektural R.M. dapat berkembang dan mengkini.
TEBAR #
MEDIA #
Gagasan pertama adalah perlunya melakukan diversifikasi media dimana gagasan-gagasan arsitektur RM melekat. Karya-karya arsitektur RM jelas adalah sebuah medium rekaman gagasan RM. Buku; juga merupakan rekaman pemikiran arsitektur RM. Miniatur Arsitektur R.M, namun itu tidak lah memadai. Seingat saya di akhir tahun 1990-an ada seri poster dan kartu pos yang menampilkan citra-citra detail dan ruang dari arsitektur RM. Setelah itu, tidak ada lagi. Kita semua masih menganggap gagasan-gagasan arsitektur RM masih lah relevan dengan kondisi kini. Gagasan-gagasan arsitektur RM perlu untuk kembali dilekatkan dengan media baru. Sosial media tampil dominan di era sekarang, namun juga bukanlah sebuah satu-satunya jalur yang ada sekarang. Kuncinya adalah pengelolaan; siapa dan bagaimana mengelola jejaring sosial media yang akan dianggap mampu dan layak untuk merepresentasikan dan menyebarluaskan gagasan-gagasan arsitektur RM ? Viral; menjadi sebuah bilah yang tajam. Jelas ini bermata dua. Populer dan populis; sekilas mirip, tapi bisa berbeda makna.
Komersialisasi jelas bukan merupakan intensi yang baik untuk mengawali sebaran gagasan arsitektur RM. Tapi apakah kita memiliki cindera mata yang akan mengingatkan kita akan gagasan arsitektural selepas kita mengunjungi karya-karya arsitektur RM ? Cindera mata apa yang akan sesuai untuk tujuan ini? RM sedalam pengetahuan saya jelas tidak menginginkan pengkultusan individu, apakah kita boleh menghadirkan cetak tiga dimensi dari sosok RM sebagai cindera mata? Tentu bisa banyak terdapat kreasi lain bagi keperluan ini; permainan kayu sederhana yang bisa dibongkar-pasang dalam berbagai varian dan sebagai sebuah kumpulan detail-detail kayu arsitektur RM, bisakah ? Atau dapatkah miniatur – miniatur detail atau bahkan sosok utuh dari bangunan karya RM yang dapat disebarluaskan baik secara komersil atau pun akademis ? Apakah berlebihan apabila saya bermimpi suatu suatu saat ada set Lego dengan muatan dan sosok karya-karya arsitektur RM ?
INDUSTRIALISASI #
Kata industrialisasi adalah jiwa dari kehidupan modern. Apakah gagasan-gagasan arsitektur RM bertentangan atau bahkan merupakan upaya menghadang indutrialisasi? Hal ini menjadi sebuah bentuk kebenaran bila membahas dimensi-dimensi sosial dan kultural dari praktek dan pemikiran arsitektur RM. Namun industrialisasi lahir juga dari dorongan untuk memajukan kemanusiaan. Ketika cipta dan karsa manusia mendapat peluang untuk lebih menjelajah hal-hal yang lebih luas dari kemanusiaan yang ada.
Dapatkah kita mencari bentuk industrialisasi yang tepat bagi gagasan-gagasan arsitektural RM? Dapatkah kita memproduksi secara masal detail-detail dan olahan material yang dikembangkan oleh RM? Apakah industrialiasi adalah tabu bagi penyebarluasan ide-ide (konstruksi, detail, furnitur, lighting, dll) yang terbaik dari pemikiran RM? Dapatkah kita menempatkan gagasan atau ekspresi arsitektural RM dalam bentuk-bentuk desain industrial yang lain? Komponen jendela bulat, kerawang, sekat ruangan, atau bahkan desain sepatu berdasar gagasan tektonika RM, bisakah ? Apakah kita dapat bermimpi bila suatu saat menghadirkan bentuk industri seperti IKEA namun dalam nuansa lokal dan Nusantara?
OPEN-SOURCE #
Berkembang dari gagasan industrialisasi di atas, dapatkah kita menghadirkan gagasan bahwa pemikiran-pemikiran arsitektur RM merupakan bentuk sumber terbuka yang bebas untuk disebarluaskan, dimodifikasi, dikembangkan, diubah dan menghasilkan turunan-turunan gagasan lain yang berguna secara luas? Gerakan open-source hadir dengan semangat berbagi. Dengan berbagi, gagasan-gagasan yang tersebar luas akan mengalami inovasi. Kepemilikan terhadap gagasan akan tersebar dan perkembangannya akan menjadi milik semua orang.
Dengan menghadirkan sebaran gagasan-gagasan arsitektur RM dengan bersifat open-source, gagasan-gagasan yang baik akan terus menyebar dan mengalami iterasi serta inovasi dan gagasan-gagasan yang tepat akan termodifikasi sesuai dengan kondisi-kondisi setempat di mana gagasan itu tersebar. Gagasan yang tidak tepat pun, akan tersimpan dan terarsip dengan pengelolaan komunitas. Ini keunggulan-keunggulan gagasan open-source.
PANDANGAN PENUTUP #
Sebagai sebuah penutup, paparan di atas mungkin tidak sempurna, namun merupakan sebuah alternatif dalam menyikapi jebakan-jebakan pemikiran arsitektur sekitar kita; disolusi kepada keterpanaan yang bersifat romantik atau mereduksinya , dorongan pasar bagi event dan aksi penokohan serta lampu sorot panggung bagi sosok-sosok yang dianggap garda depan. Itu porsi tulisan lain. Sekian.
n.b. Semua foto adalah foto milik Undi Gunawan.